Sebaiknya jangan abaikan jika kamu mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi atau masa menopause. Segera lakukan pemeriksaan pada rumah sakit terdekat untuk memastikan penyebab keluhan kesehatan yang kamu alami. Kondisi ini bisa menjadi salah satu gejala kanker serviks.
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari leher rahim atau serviks. Hal ini bisa terjadi akibat adanya perubahan atau mutasi DNA pada sel di leher rahim. Ada berbagai pemicu yang menyebabkan perubahan atau mutasi sel sehingga menyebabkan munculnya sel abnormal yang tidak terkendali. Simak ulasannya di sini agar kamu bisa menghindari faktor pemicu kanker serviks.
Penyebab Kanker Serviks
Kanker serviks tidak akan menyebabkan gejala di awal perkembangannya. Biasanya, pengidap kanker serviks akan mengalami beberapa gejala setelah perkembangan sel kanker cukup parah. Ada beberapa gejala yang bisa kamu waspadai sebagai gejala kanker serviks.
Perdarahan bisa menjadi gejala dari kanker serviks. Perdarahan akan terjadi di luar siklus menstruasi, masa menopause, hingga setelah berhubungan intim. Selain itu, pengidap kanker serviks akan mengalami keputihan yang abnormal. Keputihan yang dialami memiliki warna coklat atau kemerahan, berbau, dan menyebabkan vagina terasa gatal dan iritasi. Nyeri panggul yang tidak kunjung membaik juga perlu diwaspadai sebagai kanker serviks.
Lalu, apa penyebab kanker serviks? Penyakit ini disebabkan oleh adanya perubahan atau mutasi sel DNA pada leher rahim. Kondisi ini menyebabkan munculnya sel abnormal yang tidak terkendali pada bagian tersebut. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab kanker serviks, tetapi infeksi HPV peranan besar terhadap munculnya penyakit ini.
Selain itu, ada beberapa pemicu lainnya yang menjadi penyebab kanker serviks, yaitu:
- Gaya Hidup
Gaya hidup yang kurang baik menjadi salah satu pemicu kanker serviks pada wanita. Sebaiknya perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah agar kondisi kesehatan tetap optimal. Melansir dari American Cancer Society, wanita yang kurang mengonsumsi sayur dan buah meningkatkan risiko kanker serviks.
Selain itu, kebiasaan merokok menjadi salah satu pemicu kanker serviks. Ketika kamu merokok, berbagai bahan kimia yang kamu hisap berisiko meningkatkan kerusakan yang memicu perubahan sel menjadi abnormal.
- Riwayat Seksual
Beberapa riwayat seksual dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Hal ini berkaitan dengan penularan infeksi HPV. Misalnya, melakukan hubungan intim di usia dini atau di bawah 18 tahun, memiliki banyak pasangan seksual, hingga memiliki pasangan seksual yang berisiko menularkan HPV.
- Memiliki Riwayat Infeksi Menular Seksual
Jika kamu memiliki riwayat IMS sebaiknya pastikan kamu melakukan pengobatan sesuai dengan saran dan anjuran dokter agar kondisi kesehatan segera membaik. Mengidap penyakit klamidia menjadi salah satu faktor yang memicu risiko kanker serviks.
- Penggunaan Pil KB
Penggunaan pil KB yang terlalu lama (lebih dari 5 tahun) berisiko meningkatkan penyakit kanker serviks. Sebaiknya pastikan kamu bertanya langsung pada dokter mengenai alat kontrasepsi yang baik untuk kesehatan melalui aplikasi Halodoc.
- Sistem Imun Tubuh yang Rendah
Sistem kekebalan tubuh yang optimal sangat penting untuk menghancurkan sel kanker dan membuat perkembangan sel kanker lambat. Untuk itu, wanita yang memiliki penyakit HIV, mengonsumsi obat yang menekan kekebalan tubuh, hingga memiliki riwayat autoimun berisiko mengalami kanker serviks karena imun tubuh yang lebih rendah.
Itulah penyebab kanker serviks yang perlu diketahui oleh para wanita agar penyakit ini dapat dicegah. Melakukan vaksinasi HPV dan pemeriksaan secara rutin menjadi hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini.
Pastikan kamu melakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat dengan beberapa dokter spesialis rekomendasi Halodoc. Berikut rekomendasinya:
- Dr. dr. I Ketut Widiana, Sp.B(K)Onk
Dokter Spesialis Bedah Onkologi yang aktif melayani pasien di RS Surya Husadha Denpasar Bali. dr. I Ketut Widiana mendapatkan gelar kedokteran setelah menamatkan pendidikan di Universitas Udayana, Bali.
Beliau yang tergabung dalam Ikatan Ahli Bedah Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia sebagai anggota ini dapat memberikan layanan konsultasi seputar bedah onkologi.
- dr. I Gusti Ngurah Gunawan Wibisana, Sp.B(K)Onk
Dokter Spesialis Bedah Onkologi yang aktif melayani pasien di RS Premier Jatinegara, RS Siloam TB Simatupang. dr I Gusti Ngurah Gunawan Wibisana mendapatkan gelar kedokterannya setelah menamatkan pendidikan di Universitas Indonesia, Depok pada tahun 2006 dan mendapatkan gelar spesialisnya di Universitas yang sama pada tahun 2013.
Beliau yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia bisa memberikan layanan medis terkait Bedah Onkologi.
- dr. Haris Maruli, Sp.B(K)Onk
Dokter Spesialis Bedah Onkologi yang aktif melayani pasien di RSUP Persahabatan, RS Premier Jatinegara. dr. Haris Maruli mendapatkan gelar spesialisnya setelah menamatkan pendidikan di Universitas Indonesia, Depok pada tahun 2006.
Beliau yang tergabung dalam Ikatan Ahli Bedah Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia sebagai anggota ini dapat memberikan layanan konsultasi seputar bedah onkologi.
Apa itu kanker serviks?
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat sel-sel pada leher rahim tumbuh secara abnormal dan tak terkendali. Sel abnormal tersebut kemudian berkembang menjadi tumor pada serviks.
Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan kanker leher rahim ini terbagi ke dalam dua jenis.
- Karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma): berawal pada dinding bagian luar leher rahim dan mengarah ke vagina.
- Adenokarsinoma: berawal pada sel glandular yang terdapat pada dinding saluran serviks.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker leher rahim menempati posisi keempat sebagai jenis kanker yang paling sering menyerang wanita. Umumnya, kasus kanker ini lebih sering ditemui di negara berkembang.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI menyebut kanker serviks sebagai jenis kanker yang terbanyak kedua di Indonesia. Setidaknya, ada 40 ribu kasus baru yang terjadi tiap tahun.
Kanker leher rahim dapat menyerang semua kelompok usia. Namun, risiko terkena kanker ini akan semakin meningkat seiring pertambahan usia.
Tanda dan gejala kanker serviks
Berikut gejala kanker leher rahim yang perlu Anda waspadai.
- Perdarahan tidak wajar dari vagina, misalnya terjadi perdarahan ketika tidak haid.
- Mengalami perdarahan setelah atau saat berhubungan seks, menopause, buang air besar, atau pemeriksaan panggul.
- Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
- Nyeri pada panggul (perut bagian bawah).
- Nyeri saat berhubungan seks.
- Nyeri pada pinggang (punggung bawah) atau kaki.
- Badan lemas dan mudah lelah.
- Berat badan menurun, padahal tidak sedang diet.
- Kehilangan nafsu makan.
- Keputihan yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
Gejala di atas tidak bisa dijadikan satu-satunya penanda bahwa Anda mengidap kanker leher rahim. Untuk memastikan kondisi Anda, lakukan pemeriksaan ke dokter.
Penanganan terhadap gejala kanker harus dilakukan sedini mungkin. Dengan begitu, potensi Anda untuk sembuh juga akan semakin meningkat.
Penyebab kanker serviks
Hampir semua kasus kanker leher rahim disebabkan infeksi human papillomavirus atau HPV. Penularan virus ini sering kali terjadi melalui hubungan seks.
Setidaknya, ada 13 jenis virus HPV yang menjadi penyebab kanker leher rahim. Namun, dua jenis virus yang paling sering menjadi penyebabnya yaitu HPV 16 dan HPV 18.
Dalam tubuh, virus HPV menghasilkan protein E6 dan E7. Kedua protein tersebut menonaktifkan gen tertentu yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor.
Akibatnya, pertumbuhan sel dinding rahim menjadi sangat agresif. Sel-sel ini pun tumbuh menjadi tumor ganas (kanker) yang dapat terus berkembang dan menyebar ke luar serviks.
Faktor risiko kanker serviks
Sejauh ini, penyebab utama kanker serviks ialah infeksi virus HPV. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim.
Berikut beberapa faktor risiko kanker serviks yang perlu diperhatikan.
- Perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun.
- Memiliki anggota keluarga (nenek atau ibu) dengan penyakit serupa.
- Sering melakukan perilaku seksual berisiko, seperti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau ketika memakai sex toys.
- Kebiasaan merokok (wanita yang merokok berisiko dua kali lebih besar terkena kanker leher rahim).
- Pola makan tidak sehat, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur.
- Kelebihan berat badan dan obesitas, terutama pada kanker serviks jenis adenokarsinoma.
- Penggunaan KB jenis oral lebih dari 5 tahun.
- Hamil di bawah usia 17 tahun.
- Melahirkan lebih dari sekali, terutama di atas tiga kali.
- Menjalani pengobatan yang memengaruhi sistem imun, seperti obat HIV.
- Konsumsi obat hormonal untuk mencegah keguguran.
Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas, lakukan pemeriksaan rutin pada leher rahim ke dokter. Dengan begitu, deteksi dan pengobatan bisa dilakukan sedini mungkin.
Diagnosis kanker serviks
- Pap smear: deteksi dini kanker serviks dengan mengumpulkan sampel sel dari leher rahim untuk diteliti lebih lanjut di laboraturium.
- Tes IVA: pemeriksaan IVA dilakukan dengan mengusapkan asam asetat dengan konsentrasi 3–5% pada leher rahim.
- Biopsi: mengambil sampel jaringan untuk mencari tahu apakah terdapat sel kanker.
- Kolposkopi: memasukkan alat seperti mikroskop kecil (kolposkop) ke dalam leher rahim untuk memeriksa kondisi serviks.
Sementara bagi Anda yang telah terdiagnosis memiliki kanker leher rahim, berikut beberapa tes untuk menentukan stadiumnya.
- Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan saluran kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini dilakukan di bawah pengaruh obat bius.
- Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
- Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan CT scan, MRI, sinar X (rontgen), dan PET scan. Tujuan tes untuk mendeteksi tumor dan penyebaran sel kanker (metastasis).
Komplikasi kanker serviks
Komplikasi yang dialami pengidap kanker leher rahim bisa muncul sebagai efek pengobatan. Namun, komplikasi juga bisa terjadi karena kanker sudah berada pada tahapan yang sangat parah.
Berikut beberapa komplikasi kanker serviks yang terjadi akibat efek samping pengobatan.
- Menopause dini.
- Gangguan pada sistem limfatik (ditandai dengan pembengkakan pada tangan atau kaki).
- Gangguan emosional.
Sementara itu, komplikasi yang berpotensi muncul saat tahapan kanker sudah parah antara lain:
- gagal ginjal,
- penggumpalan darah,
- perdarahan, serta
- terbentuknya saluran abnormal yang menghubungkan organ-organ tubuh (fistula).
Komplikasi pada masing-masing orang dapat berbeda satu sama lain. Untuk mengurangi risiko keparahan komplikasi, penanganan sejak dini sangat diperlukan.
Cara mengobati kanker serviks
Cara mengobati kanker serviks melibatkan serangkaian tindakan. Rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang ditentukan untuk mengatasi tahap awal dan tahap lanjut dari kanker leher rahim.
Berikut metode pengobatan yang umum dilakukan.
1. Operasi
Tindakan ini bertujuan untuk mengangkat bagian serviks yang terinfeksi kanker. Berikut beberapa jenis tindakan operasi untuk mengatasi kanker leher rahim.
- Radical trachelectomy: pengangkatan sebagian besar jaringan serviks dan bagian atas vagina, sedangkan rahim tetap pada tempatnya.
- Histerektomi total: dilakukan dengan mengangkat serviks dan rahim, tergantung pada stadium kanker. Dalam beberapa kasus, histerektomi diperlukan untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi.
- Pelvic exenteration: operasi besar untuk mengangkat serviks, vagina, rahim, kemih, indung telur, tuba falopi, dan rektum.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan cara mengobati kanker leher rahim dengan menggunakan sinar X berenergi tinggi. Tujuan pengobatan ini yaitu membunuh sel kanker pada leher rahim.
Terapi radiasi bisa dilakukan secara tunggal atau digabungkan dengan penggunaan obat-obatan. Pengobatan ini juga terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi saat kanker sudah parah.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan sebagai pengobatan tunggal atau digabung dengan radioterapi. Metode ini sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker.
Kemoterapi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam tubuh untuk membunuh sel kanker. Selain itu, penggunaannya juga bertujuan untuk mencegah kanker menyebar ke seluruh tubuh.
Beberapa efek samping mungkin muncul selama masa pemulihan dari kanker serviks. Anda mungkin mengalami menopause dini, penyempitan pada vagina, atau limfedema.
Tips mencegah kanker serviks
- Tes Pap smear berkala untuk menemukan perubahan pada sel serviks atau mendeteksi HPV di dalam serviks.
- Jika berusia di bawah 26 tahun, pastikan Anda telah mendapat vaksin HPV.
- Hindari perilaku seks berisiko.
- Menerapkan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan pencegah kanker serviks.
- Rutin berolahraga.
Tahapan stadium kanker serviks
Perjalanan penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim dimulai saat ada sel-sel di leher rahim yang tidak normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali. Sel-sel abnormal tersebut bisa berkembang dengan cepat sehingga mengakibatkan tumor pada serviks. Tumor yang ganas nantinya berkembang jadi kanker serviks.
Stadium kanker leher rahim dikelompokkan berdasarkan tingkat tumor utama, penyebaran kanker ke kelenjar getah bening di dekatnya, dan penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya yang jauh dari tempat awal kanker berkembang. Berdasarkan hal tersebut, kanker serviks dikelompokkan menjadi lima stadium.
Berikut ini merupakan tahapan dalam stadium kanker serviks beserta penjelasannya, dilansir dari Cancer Research UK:
1. Kanker serviks stadium 0
Stadium ini disebut juga dengan kanker noninvasif atau carcinoma in situ (CIS). Pada tahap ini, sel kanker hanya terdapat di sel-sel permukaan terluar serviks (leher rahim).
Dengan kata lain, sel-sel kanker tersebut masih belum menjangkau lapisan jaringan leher rahim yang terletak lebih dalam.
Umumnya, kanker stadium 0 diatasi dengan ablasi lokal, ablasi laser, atau cryosurgery. Setelah pengobatan, pasien masih harus mendapatkan pengawasan seumur hidupnya untuk mencegah kanker kembali muncul di serviks.
2. Kanker serviks stadium 1
Kanker serviks stadium 1 adalah suatu kondisi saat sel kanker telah menyerang leher rahim, tapi tidak menyebar sampai ke jaringan maupun organ lain di sekitarnya.
Artinya, sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening yang ada di dekatnya ataupun bergerak ke tempat yang lebih jauh. Gejala kanker serviks stadium 1 adalah perdarahan abnormal dari vagina, sakit panggul saat seks, keputihan tidak normal, dan susah buang air besar (BAB).
Sekitar 95 persen wanita dengan kondisi ini kemungkinan memiliki harapan hidup sekitar 5 tahun. Namun, angka itu bukanlah patokan utama, karena bisa saja pasien pada stadium ini bisa bertahan hidup lebih lama.
Kanker leher rahim stadium 1 dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
Stadium 1A
Kanker serviks stadium 1A merupakan bentuk awal dari tahap 1. Sel kanker yang muncul pada tahap ini adalah sel kanker dalam jumlah kecil sudah menyerang serviks dan hanya bisa dilihat di bawah mikroskop.
Tahap ini dibagi lagi menjadi:
- Stadium IA1: Sel kanker sudah menyerang jaringan serviks dengan kedalaman <3 mm dan mempunyai lebar <7 mm
- Stadium IA2: Sel kanker sudah ada di jaringan serviks dengan kedalaman antara 3-5 mm dan lebar <7 mm
Stadium 1B
Pada tahap ini, sel kanker sudah bisa dilihat tanpa bantuan mikroskop. Ukuran sel kanker sudah lebih besar dibandingkan stadium 1A, tapi masih hanya menyebar di jaringan serviks.
Stadium ini dibagi menjadi:
- Stadium IB1: Kanker sudah bisa dilihat dan mempunyai ukuran ≤4 cm
- Stadium IB2: Ukuran sel kanker sudah lebih besar dari 4 cm
Oleh sebab itu, jika Anda menemukan ciri atau tanda dari kanker leher rahim stadium 1, cobalah untuk melakukan deteksi kanker serviks untuk memastikan kondisi kesehatan. Jika Anda memang didiagnosis mengalami kanker ini, ada beberapa pengobatan yang bisa dijalani, di antaranya adalah:
- Biopsi kerucut.
- Histerektomi sederhana (total).
- Radical trachelectomy.
- Kemoradioterapi.
- Penggunaan obat-obatan dan perubahan gaya hidup.
3. Kanker serviks stadium 2
Ketika perkembangan kanker leher rahim sudah melewati stadium 1, artinya kondisi tersebut kini memasuki stadium 2. Pada stadium 2, sel kanker telah menyebar hingga ke luar leher rahim dan rahim. Akan tetapi, sel itu belum sampai ke dinding panggul atau bagian bawah vagina.
Penyebaran kanker juga belum sampai ke kelenjar bening atau bagian tubuh lain yang lebih jauh. Dinding panggul merupakan jaringan yang melapisi area tubuh di antara pinggul.
Lebih dari 50% wanita dengan kanker serviks stadium 2, memiliki angka harapan hidup selama 5 tahun atau bahkan lebih. Meski begitu, peluang Anda untuk terus hidup setelah dinyatakan berada pada tahap kanker ini ditentukan juga oleh beberapa hal lain.
Kesehatan tubuh secara umum dan pengobatan kanker serviks stadium 2 yang Anda lakukan juga dapat berpengaruh. Kanker leher rahim stadium 2 dibagi menjadi dua stadium lagi, berdasarkan tingkat penyebaran sel kanker, di antaranya:
Stadium 2A
Pada kanker serviks stadium 2A, kanker belum menyebar ke jaringan yang ada di dekat serviks, tapi mungkin sudah menyebar ke bagian atas vagina (belum keseluruhan vagina). Stadium ini dibagi lagi menjadi:
- Stadium IIA1: Kanker dapat dilihat tapi masih tidak lebih besar dari 4 cm
- Stadium IIA2: Kanker sudah lebih besar dari 4 cm
Stadium 2B
Pada stadium 2B, sel kanker mulai menyebar ke jaringan di sekitar leher rahim. Pengobatan yang diberikan biasanya berupa operasi dan kemoradioterapi.
Terkadang, dokter bedah akan mengangkat seluruh bagian rahim dan serviks Anda. Prosedur ini dinamakan dengan histerektomi radikal.
Dokter juga mungkin akan melakukan pengangkatan kelenjar getah bening di sekitar serviks dan rahim. Hal ini untuk mencegah kemungkinan atau risiko menyebarnya sel kanker ke bagian tubuh lain.
Pilihan pengobatan yang bisa dipilih untuk kanker serviks pada tahapan ini termasuk pembedahan, terapi radiasi, dan kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi.
4. Kanker serviks stadium 3
Ketika perkembangan kanker ini sudah melalui stadium 1 dan 2, maka kanker sudah memasuki tahapan stadium 3. Pada tahapan ini, kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul. Tak hanya itu, saluran kencing mungkin saja terhalang.
Hampir sekitar 40% wanita dengan penyakit kanker serviks stadium 3, memiliki angka harapan hidup selama 5 tahun atau bahkan lebih. Peluang angka harapan hidup dari salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita ini terhitung mulai dari waktu Anda didiagnosis memiliki kanker leher rahim stadium 3.
Pada saat pasien mengalami kanker pada tahapan ini, sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain yang lebih jauh. Stadium ini juga terbagi lagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
Stadium 3A
Kanker sudah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, tapi tidak mencapai dinding panggul.
Stadium 3B
Ada dua kemungkinan kondisi pada kanker serviks stadium 3B ini, yaitu:
- Kanker sudah tumbuh mencapai dinding panggul dan/atau telah menghalangi satu atau kedua saluran kencing. Hal ini kemudian dapat menyebabkan masalah ginjal.
- Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar panggul tapi tidak sampai ke bagian tubuh yang jauh. Tumor pada stadium 3B ini bisa dalam berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul.
Pada stadium ini, pasien mungkin harus menjalani operasi pengangkatan kelenjar getah bening, yang kemudian diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
Namun, terkadang dokter akan memutuskan untuk tidak melakukan operasi jika kanker leher rahim telah memasuki stadium 3B. Pengobatan akan berfokus untuk mengecilkan ukuran tumor yang tumbuh di leher rahim.
Sama halnya dengan pengobatan untuk kanker serviks stadium 2, pengobatan untuk stadium 3 juga meliputi terapi radiasi, pembedahan, hingga kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi.
5. Kanker serviks stadium 4
Ini merupakan stadium akhir dari kanker leher rahim. Kanker tidak hanya menyerang serviks, tapi juga ke bagian terdekat serviks atau ke bagian tubuh lainnya yang bahkan jauh dari serviks.
Berdasarkan diagnosis yang dilakukan National Cancer Database pada penderita kanker serviks di tahun 2000 dan 2002, angka harapan hidup lima tahun (5 Years Survival Rate) jika kondisi ini berhasil dideteksi dan diobati pada stadium 4 sekitar 16% dan 15% untuk 4B. Artinya, pada penelitian ini, hanya 15-16% pasien-pasien dengan stadium 4 yang diobati yang dapat bertahan hidup hingga 5 tahun.
Meski begitu, angka itu tak bisa jadi patokan mutlak. Tidak ada yang benar-benar bisa memastikan besarnya angka harapan hidup ketika Anda didiagnosis memiliki kanker serviks.
Stadium 4 kanker leher rahim dapat dibagi menjadi:
Stadium 4A
Sel kanker telah menyebar ke kandung kemih atau rektum. Keduanya adalah organ terdekat dengan serviks. Namun, pada stadium ini sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain.
Stadium IVB
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh dari serviks, seperti sampai paru-paru atau hati.
Menurut American Cancer Society, kesempatan pasien untuk sembuh dari kanker serviks sangatlah kecil jika ada dalam tahap ini. Dokter pun tidak akan merekomendasikan operasi untuk menangani pasien yang berada dalam stadium ini.
Biasanya, dokter akan melakukan kemoradioterapi untuk membantu memperlambat pertumbuhan sel kanker, serta menguragi gejala-gejala kanker serviks.
Gejala kanker serviks stadium 4
Oleh karena sudah tergolong stadium akhir, pada tahap ini gejala yang ditunjukkan lebih jelas. Namun, masing-masing individu tentunya mengalami tanda-tanda dan gejala yang bervariasi.
Semua tergantung pada jenis sel kanker serta tahapan dalam stadium tersebut, serta organ tubuh bagian mana yang telah terdampak oleh sel kanker.
Berikut adalah beberapa gejala kanker serviks stadium 4 yang umum muncul:
- Merasa lelah dan tidak enak badan.
- Rasa sakit di perut bagian bawah.
- Perut kembung.
- Konstipasi atau sembelit.
- Muntah dalam jumlah banyak.
Pilihan pengobatan untuk kanker leher rahim stadium 4 yang bisa dilakukan termasuk radioterapi, kemoterapi kanker serviks, dan kombinasi dari keduanya. Tak hanya itu, pengobatan terapi target juga menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kanker leher rahim stadium 4.
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi target bekerja sedikit berbeda dengan obat-obatan kemoterapi. Obat terapi target bekerja secara langsung menghambat pembentukan pembuluh darah dalam sebuah tumor.
Kanker leher rahim ini memang cukup sulit dideteksi, mengingat penyakit ini sangat jarang menimbulkan gejala apa pun. Apalagi jika kanker masih berada dalam stadium awal.
Oleh karena itu, pastikan Anda melakukan deteksi dini terhadap kanker ini, seperti pap smear atau tes IVA. Hal ini penting untuk dilakukan terutama apabila Anda memiliki faktor-faktor risiko yang dapat menjadi penyebab kanker serviks.
Anda bisa mencegah kanker serviks dengan melakukan vaksin HPV, dan mempraktekkan gaya hidup sehat termasuk mengonsumsi makanan yang dapat mencegah kanker serviks.
Hal ini penting untuk meminimalisir kemungkinan kanker leher rahim berkembang ke stadium lanjutan, serta mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Semakin dini ditemukan, kemungkinan kanker untuk disembuhkan akan semakin besar.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.
Related Posts
Subscribe Our Newsletter
0 Response to "Penyebab Kanker Serviks"
Post a Comment