Selamat Membaca Semoga Bermanfaat.

Iklan

 


Health.linear.co.id : Tahukah anda bahwa pada salah satu organ tubuh manusia yaitu kulit dapat terinfeksi beberapa penyakit yang lumrah ditemui dalam kehidupan. Terlihat sepele namun apabila tidak di obati maka dapat berujung fatal.

Berikut ini admin akan membahas beberapa penyakit kulit serta bagaimana cara pencegahannya. Dan apabila sudah terinfeksi maka bagaimana cara penyembuhannya. Langsung saja segera di simak!

1. Kurap



Penyebab utama kurap adalah jamur yang berkembang biak dengan cepat dan menyerang kulit manusia. Ada tiga jenis jamur yang dapat menyebabkan kurap, yaitu jamur TrichophytonEpidermophyton, dan Microsporum.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kurap merupakan penyakit menular. Penularan tersebut dapat terjadi melalui:

  • Kontak langsung dengan penderita kurap, misalnya dengan bersentuhan
  • Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi
  • Kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi jamur
  • Kontak dengan tanah yang terkontaminasi spora jamur

Faktor Risiko Kurap

Meski dapat terjadi pada siapa saja, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kurap. Beberapa faktornya adalah:

  • Tinggal atau menetap di daerah yang beriklim panas dan lembap
  • Berbagi pemakaian handuk, tempat tidur, atau pakaian dengan orang yang menderita infeksi jamur
  • Melakukan olahraga yang melibatkan kontak fisik, seperti gulat
  • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV/AIDS
  • Mengenakan pakaian yang ketat
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  • Menderita diabetes
  • Memiliki keringat yang berlebihan
  • Memakai kaos kaki atau sepatu saat kaki dalam keadaan kotor atau lembap

2. Kudis

Kudis adalah kondisi yang ditandai dengan gatal di kulit, terutama di malam hari. Gatal ini disertai dengan kemunculan ruam berbintik yang menyerupai jerawat atau lepuhan kecil bersisik. Kondisi ini terjadi akibat tungau yang hidup dan bersarang di kulit.

Kudis atau scabies merupakan penyakit yang mudah menular, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penyakit ini sangat mudah menyebar, terutama jika ada kontak dekat antarmanusia di suatu lingkungan.

alodokter-kudis

Di Indonesia, kudis banyak ditemukan di wilayah padat penduduk, area kumuh, dan pondok pesantren. Karena mudah menular, penanganan scabies perlu dilakukan secara menyeluruh pada kelompok yang terpapar penyakit ini.

Penyebab Kudis

Kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau ini mengeluarkan air liur, telur, dan kotoran. Hal tersebut memicu respons dari sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan gatal.

Siklus perkembangan parasit tungau dimulai ketika tungau betina masuk ke kulit manusia, kemudian membuat lubang yang menyerupai terowongan untuk dijadikan sarang. Selanjutnya, tungau jantan akan memasuki sarang tersebut untuk kawin dengan tungau betina.

Setelah kawin, tungau jantan akan mati dan tungau betina akan mulai bertelur di sarang tersebut. Telur akan menetas 3–4 hari setelahnya. Setelah menetas, tungau muda akan keluar ke permukaan kulit selama 1–2 minggu ke depan sampai mereka tumbuh menjadi tungau dewasa.

Setelah dewasa, tungau jantan akan menetap di permukaan kulit. Sementara tungau betina akan masuk lagi ke dalam kulit untuk membuat sarang baru dan mengulang siklus yang sama.

Perlu diketahui, tungau kudis adalah parasit yang tinggal di lapisan kulit yang dalam. Hal ini membuatnya kebal terhadap sabun dan air panas, serta tidak akan hilang jika kulit hanya digosok-gosokkan. Tanpa penanganan yang tepat, tungau akan terus berkembang biak dan siklus perkembangan tungau akan terus berlanjut.

Tungau Sarcoptes scabiei tidak bisa terbang atau melompat sehingga penularannya hanya dapat terjadi melalui dua cara, yakni:

Kontak langsung

Tungau dapat menular dengan mudah melalui kontak langsung dengan penderita kudis, seperti pegangan tangan dalam waktu yang lama atau hubungan seksual. Namun, kontak fisik yang singkat, seperti berjabat tangan atau berpelukan, hanya berpotensi kecil menularkan tungau.

Kontak tidak langsung

Meski jarang, tungau juga bisa menular melalui kontak tidak langsung, misalnya ketika berbagi penggunaan pakaian, handuk, atau tempat tidur dengan penderita kudis. Hal ini dapat terjadi karena tungau bisa menetap selama 2–3 hari di benda tertentu.

Scabies juga dapat menyerang hewan, seperti anjing dan kucing. Namun, parasit kudis dari hewan tidak dapat menular ke manusia karena perbedaan jenis tungau antara keduanya. Tungau dari hewan tidak bisa berkembang di kulit manusia dan hanya akan menimbulkan gejala ringan di kulit.

Semua orang dapat tertular kudis. Namun, ada beberapa kelompok yang memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit ini, yaitu:

  • Orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk
  • Bayi dan anak-anak
  • Orang lanjut usia, terutama yang tinggal di panti jompo
  • Orang dewasa yang aktif secara seksual
  • Seseorang yang tengah menjalani rawat inap
  • Petugas kesehatan yang merawat pasien dengan kudis
  • Seseorang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS atau kanker

Gejala Kudis

Gejala kudis atau scabies pertama kali muncul 4–6 minggu setelah kulit terpapar tungau. Namun, pada orang yang sebelumnya pernah terkena kudis, gejala biasanya berkembang lebih cepat, yakni sekitar 1–2 hari setelah paparan tungau.

Kudis ditandai dengan rasa gatal hebat di kulit, terutama di malam hari sehingga membuat penderitanya terbangun di malam hari. Selain itu, akan timbul ruam bintik-bintik menyerupai jerawat yang membentuk garis, atau juga dapat berupa lepuhan kecil dan bersisik.

Pada orang dewasa, ruam paling sering ditemukan di sela-sela jari, pergelangan tangan, ketiak, payudara dan puting, serta bokong. Selain itu, ruam juga dapat muncul di area:

  • Siku
  • Penis
  • Pinggang
  • Lutut

Sedangkan pada bayi dan balita, gejala dapat muncul di area:

  • Kepala
  • Wajah
  • Leher
  • Telapak tangan
  • Telapak kaki

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan di kulit yang diduga sebagai tanda penyakit kudis. Selain kudis, keluhan tersebut juga bisa disebabkan oleh kondisi kulit lain. Maka dari itu, dokter akan membantu menemukan penyebab pasti sekaligus menentukan penanganan yang tepat untuk Anda.

Jika Anda telah melakukan kontak erat dengan penderita scabies, periksakan diri ke dokter meski belum ada gejala yang muncul di kulit. Pemeriksaan dan penanganan lebih awal dapat membantu meredakan gejala yang mungkin muncul di kemudian hari.

Diagnosis Kudis

Dokter akan terlebih dahulu menanyakan riwayat munculnya gejala dan faktor yang diduga menyebabkan pasien tertular kudis. Selanjutnya, dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik.

Setelah itu, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh kondisi lain, seperti alergi obat, eksim, dan dermatitis. Beberapa pemeriksaan tersebut adalah:

Uji tinta

Tes ini dilakukan dengan mengoleskan tinta khusus di area kulit yang bermasalah. Setelah itu, kulit akan dibasuh dengan kapas yang mengandung alkohol. Jika ada sarang tungau, tinta akan tertinggal di kulit dan membentuk garis-garis kecil.

Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengikis sebagian kecil area kulit yang bermasalah, untuk diperiksa di bawah mikroskop. Tujuannya adalah untuk mendeteksi tungau yang tidak terlihat secara kasat mata.

Pengobatan Kudis

Penanganan scabies bertujuan untuk membasmi tungau, meredakan gatal dan peradangan, serta mengatasi infeksi sekunder, seperti dijelaskan di bawah ini:

Membasmi tungau

Untuk membasmi tungau dan telurnya, dokter akan meresepkan obat scabies yang biasa dioleskan saat malam hari. Obat oles yang diresepkan dokter antara lain:

  • Krim permethrin 5%
  • Krim krotamiton 10%
  • Losion benzil benzoate 25%
  • Sulfur presipitatum (5–10%)
  • Losion indane (1%)

Mengurangi gatal dan peradangan

Dokter akan meresepkan krim steroid ringan yang dapat meredakan gatal dan peradangan di kulit pasien. Pasien juga dapat diberikan antihistamin oral, yang dapat mengurangi gatal sekaligus memperbaiki kualitas tidur pasien.

Mengatasi infeksi sekunder

Gatal akibat kudis bisa mendorong pasien untuk menggaruk kulit sehingga berisiko menimbulkan luka terbuka. Hal ini dapat menyebabkan infeksi bakteri di kulit. Pada kondisi tersebut, dokter akan meresepkan antibiotik, misalnya mupirocin.

Melakukan penanganan mandiri

Pasien juga dapat melakukan perawatan sederhana di rumah guna mengurangi rasa gatal yang timbul akibat scabies, di antaranya:

  • Berendam di air dingin atau menempelkan kain basah pada area kulit yang bermasalah, untuk mengurangi rasa gatal
  • Mengoleskan losion kalamin untuk mengurangi rasa sakit dan gatal, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter

Membersihkan lingkungan sekitar

Karena penyebaran scabies sangat cepat, rumah dan lingkungan sekitar perlu dibersihkan. Tujuannya adalah untuk membunuh tungau yang mungkin terdapat pada benda-benda di sekitar pasien. Upaya yang perlu dilakukan antara lain:

  • Membersihkan barang-barang di rumah, seperti mainan, boneka, lantai, dan pakaian dengan disinfektan
  • Mencuci baju, sprei dan sarung bantal dengan air panas
  • Membersihkan karpet dan alas kaki
  • Merendam tungau yang masih hidup ke wadah tertutup yang berisi alkohol
  • Membungkus pakaian, selimut, sprei, dan bantal ke dalam plastik kedap udara bila tidak digunakan

Komplikasi Kudis

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat kudis, terutama bila tidak ditangani dengan tepat, adalah:

Infeksi bakteri

Rasa gatal yang hebat akibat scabies akan menyebabkan penderitanya sulit menahan diri untuk tidak menggaruk kulitnya. Namun, terlalu sering menggaruk area kulit yang gatal dapat menimbulkan luka terbuka. Hal ini dapat memudahkan bakteri masuk ke lapisan kulit dan menimbulkan infeksi, seperti impetigo.

Kudis berkrusta (Norwegian scabies)

Orang yang menderita scabies umumnya hanya memiliki 10–15 tungau di tubuhnya. Sedangkan pada kudis berkrusta, tungau di tubuh penderita dapat mencapai jutaan.

Kondisi ini ditandai dengan kulit keras dan bersisik, serta penyebaran ruam scabies ke bagian tubuh lain. Jika kudis telah berkembang hingga tahap ini, penanganannya akan menjadi lebih sulit.

Pencegahan Kudis

Cara paling ampuh untuk mencegah kudis adalah dengan menjaga diri agar tidak terpapar tungau Sarcoptes scabiei, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Jika Anda baru kontak dekat dengan penderita kudis, sebaiknya lakukan pemeriksaan agar segera mendapat penanganan.

Sedangkan bagi penderita kudis, upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran scabies pada orang lain adalah:

  • Bersihkan sprei, pakaian, handuk, dan barang pribadi lainnya menggunakan sabun dan air hangat, kemudian keringkan di udara yang panas.
  • Bungkus barang yang berpotensi terpapar tungau tetapi tidak bisa dicuci dengan plastik, kemudian letakkan di tempat yang jauh dari jangkauan.
  • Jangan berhubungan seksual atau melakukan kontak fisik erat dengan orang lain sampai perawatan scabies tuntas.
  • Hindari berbagi tempat tidur, pakaian, dan handuk dengan orang lain.
  • Bersihkan lantai, karpet, sofa, dan alas kaki dengan alat penyedot debu dan disinfektan secara rutin.

3. Kanker Kulit Melanoma

Kanker kulit melanoma adalah kanker kulit yang berkembang dari melanosit. Selain di kulit, melanoma juga dapat muncul di mata. Bahkan, pada kasus yang jarang terjadi, melanoma bisa tumbuh di dalam hidung atau tenggorokan.

Melanosit adalah sel pigmen kulit yang berfungsi menghasilkan melanin, yaitu pigmen yang menghasilkan warna kulit manusia. Melanin inilah yang bekerja menyerap sinar ultraviolet dan melindungi kulit dari kerusakan.

kanker kulit melanoma, gejala, penyebab, cara mencegah, cara mengobati, alodokter

Melanoma adalah jenis kanker kulit yang jarang terjadi, tetapi sangat berbahaya. Kanker ini dimulai dari kulit manusia dan dapat menyebar ke organ lain di dalam tubuh jika terlambat ditangani.

Jenis Kanker Kulit Melanoma

Kanker kulit melanoma dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Superficial spreading melanoma

Superficial spreading melanoma umumnya tumbuh dengan melebar di permukaan kulit, tetapi lama-kelamaan bisa berkembang ke bagian dalam kulit. Melanoma ini lebih sering muncul di punggung bagian atas dan kaki.

2. Lentigo maligna melanoma

Lentigo maligna melanoma biasanya muncul di bagian yang sering terpapar sinar matahari, seperti wajah dan tangan, dengan pola pertumbuhan seperti superficial spreading melanoma. Melanoma jenis ini sering menyerang orang lanjut usia.

3. Nodular melanoma

Nodular melanoma merupakan jenis melanoma yang paling agresif dan bisa tumbuh dengan cepat ke bawah kulit jika tidak segera diangkat. Melanoma jenis ini biasanya berupa benjolan berwarna biru-hitam atau kemerahan yang tumbuh di badan, tungkai, atau kulit kepala.

4. Acral lentiginous melanoma

Acral lentiginous melanoma adalah jenis melanoma yang jarang terjadi dan biasanya tumbuh di telapak tangan, telapak kaki, atau di sekitar kuku. Melanoma ini sering kali muncul pada orang berkulit gelap.

Gejala Kanker Kulit Melanoma

Melanoma ditandai dengan kemunculan tahi lalat baru atau adanya perubahan pada tahi lalat lama. Perubahan ini bisa mencakup bentuk dan warna tahi lalat. Selain itu, tahi lalat yang terserang melanoma bisa terasa gatal dan mengalami perdarahan.

Melanoma yang muncul di lokasi yang tidak biasa, seperti mata atau kuku, dapat memunculkan keluhan lain, berupa:

  • Penglihatan kabur, floaters, atau titik hitam di bagian putih mata
  • Bagian bawah kuku menghitam tanpa sebab

Pengobatan dan Pencegahan Kanker Kulit Melanoma

Metode utama untuk mengatasi kanker kulit melanoma adalah operasi. Namun, jika diperlukan, dokter bisa melakukan tindakan lain, seperti kemoterapi atau radioterapi.

Risiko terkena melanoma bisa diturunkan dengan menghindari paparan sinar UV secara langsung, baik yang alami maupun buatan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan tabir surya dan mengenakan pakaian lengkap yang dapat melindungi seluruh tubuh saat beraktivitas di luar rumah.


4. Epidermolisis Bulosa



Epidermolisis bulosa disebabkan oleh kerusakan pada gen yang berfungsi membentuk kolagen. Hal ini memengaruhi fungsi kolagen dalam menjaga kekuatan dan struktur kulit. Akibatnya, lapisan kulit epidermis dan dermis tidak saling mengikat sehingga kulit mudah rapuh dan lecet.

Seseorang dapat menderita epidermolisis bulosa bila salah satu atau kedua orang tuanya menderita penyakit tersebut.

Berdasarkan tempat munculnya lepuhan, epidermolisis bulosa terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Epidermolisis Bulosa Simpleks

Epidermolisis bulosa simpleks adalah jenis epidermolisis bulosa yang paling umum terjadi. Pada jenis ini, lepuhan dapat muncul di kulit tangan dan kaki bayi yang baru lahir. Lepuhan yang telah membaik di kemudian hari biasanya akan menebal dan mengeras.

2. Epidermolisis Bulosa Distropik

Epidermolisis bulosa distropik dapat membentuk lepuhan di kulit bagian tangan, kaki, lutut, dan siku. Namun, lepuhan tersebut dapat menjadi parah dan meluas, bahkan menyebabkan kulit terkelupas.

Epidermolisis bulosa distropik terjadi akibat kolagen yang memberikan kekuatan pada lapisan dermis kulit hilang atau tidak berfungsi. Akibatnya, lapisan kulit tidak dapat menyatu dengan baik.

3. Epidermolisis Bulosa Junctional

Jenis ini dapat menyebabkan lepuhan di kulit tangan, siku, lutut, dan kaki bayi yang baru lahir. Lepuhan biasanya akan berkurang saat bayi berusia 2–3 bulan. Namun, lepuhan yang sembuh dapat meninggalkan bekas luka dan menyebabkan jari-jari kaki atau jari-jari tangan menyatu.

Epidermolisis bulosa junctional merupakan jenis yang paling parah dan dapat meningkatkan risiko bayi meninggal di tahun pertama kelahirannya.

4. Sindrom Kindler

Sindrom Kindler adalah jenis epidermolisis bulosa yang sangat jarang terjadi. Bayi dengan sindrom Kindler dapat mengalami lepuhan di kulit punggung tangan dan kaki. Pada beberapa kondisi, sindrom Kindler juga dapat menyebabkan penderita menjadi sensitif terhadap sinar matahari.

Sindrom Kindler dapat meningkatkan risiko terjadinya karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa adalah kanker kulit yang terbentuk di sel skuamosa, yaitu sel yang membentuk lapisan tengah dan lapisan atas kulit.

5. Epidermolisis Bulosa Acquisita

Berbeda dengan jenis lainnya, epidermolisis bulosa acquisita digolongkan sebagai penyakit autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh justru menyerang kolagen sehingga menyebabkan lepuhan pada kulit.

Bila epidermolisis bulosa jenis lain muncul saat bayi baru dilahirkan, epidermolisis bulosa acquisita umumnya terjadi saat seseorang berusia 30–40 tahun. Lepuhan pada jenis ini dapat muncul di tangan, lutut, siku, dan pergelangan kaki.

Demikian beberapa penyakit yang terdapat pada salah satu organ tubuh manusia, yaitu kulit. Hal ini tentunya harus dikenali penyebab dan bagaimana mencegah nya atau apabila sudah terinfeksi maka kita harus mengetahui cara penyembuhannya. Semoga Bermanfaat.

Related Posts

Seorang yang memiliki kepribadian yang menyendiri, tanpa mengenal dunia luar hanya melalui dunia online.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    0 Response to "Kenali Penyakit Penyakit Pada kulit Serta Cara Penyembuhan dan Pencegahannya"

    Post a Comment

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel